4. Suara
Memainkan intonasi suara sangat penting untuk menghidupkan sebuah dongeng. Bunda/
Yanda akan sangat baik mendongeng jika mampu menirukan beragam suara. Fungsi suara
a. Membedakan suasana
Suara yang meninggi dapat digunakan untuk merefleksikan bahwa cerita mulai memasuki
puncak konflik/menegangkan. Suara melemah merefleksikan suasana konflik mulai
mereda, dsb.
b. Menghidupan dialog
Kemampuan membawakan dialog para tokoh dengan suara yang berbeda akan mampu
membangun imajinasi para siaga terhadap dongeng yang dibawakan oleh Bunda/Yanda.
Misalnya :
Tentara Belanda : “Hei .. hei …. You inlandel … di mana koplal Jono”
(Bunda/Yanda membawakannya dengan logat tentara Belanda yang cadel dan sengau)
Rakyat Indonesia : “tidak tahu, tuan … ampun … jangan tembak kami”
(Bunda/Yanda membawakannya dengan nada minta dikasihani)
Tentara Belanda : “You jangan ikut-ikutan … Koplal Jono melawan Belanda ya …
You bisa mampus, I tembak ….”
(Bunda/Yanda membawakannya dengan logat Belanda yang tetap cadel dan sengau)
c. Menghidupkan suasana
Suara-suara tertentu seperti tembakan, debur ombang, angin semilir, mobil, motor dll yang
dapat ditirukan oleh Bunda/Yanda juga akan dapat menghidupka suasana mendongeng.
Misalnya :
Sambil berlari menghindari kejaran Tentara Belanda, Kopral Jono memberi aba-aba
kepada teman-temannya “Tembaakkk…..” Maka, muntahlah peluru dengan suara
“dor … dorr .. dorr.. door” bersahut-sahutan dari para pejuang Indonesia yang gagah
berani. (Bunda/Yanda, mengucapkan kata "dor.. dor" seperti layaknya bunyi senjata).
d. Memberi ruan partisipasi
Suara juga merupakan salah satu unsur yang dapat dijadikan alat memberi ruang partisipasi
para siaga ke dalam alur dan suasana dongeng. Para siaga bisa ikut menyanyi, berteriak,
bersorak, mengaum, menembak, dst sesuai jalan cerita.
Misalnya :
“tidak lama kemudian para Tentara Belanda itupun menarik diri dan lari ke kota.
Kopral Jono dan teman-temannya merasa senang karena berhasil mengusir Tentara Belanda. Tiba-tiba seorang tentara kawan kopral Jono, maju dan berdiri menyanyi
lagu Maju Tak Gentar – maka semua tentara Indonesia ikut menyanyi…”
(Bunda/Yanda mengajak para Siaga menyanyikan lagu “Maju Tak Gentar” dengan riang
dan penuh semangat seperti tentara Pejuang Indonesia yang sedang diceritakan Bunda).
e. Spesial Effect
Penggunaan suara dengan special effect yang dibantu dengan alat pengeras suara akan
sangat membantu untuk menghidupkan dongeng. Bunda/Yanda bisa menyiapkan special
effect terlebih dahulu sebelum mendongeng dan meminta Bu Cik/Pak Cik untuk memutar
sesuai dengan cerita yang sedang dibawakan. Suara special effect misalnya : bom, tembakan, suara ombak, suara mobil, dsb.
5. Durasi dan Kecepatan
Bunda/Yanda hendaknya mengukur benar, daya tahan para siaga mendengarkan cerita.
Tidak ada durasi yang pasti, namun disarankan sebuah dongeng tidak lebih dari 15 menit.
Tempo atau cepat-lambat dalam mendongeng juga perlu di atur. Terlalu cepat akan membuat para siaga susah mengikuti, terlalu lambat bisa membosankan.
6. Alat Peraga
Bunda/Yanda bisa menggunakan alat peraga untuk memperkuat materi dongeng yang dibawakannya, seperti boneka binatang, pistol, foto, patung, bendera, mobil-mobilan dsb.
Penggunaan alat peraga yang tepat sesuai dengan alur cerita akan membuat para siaga lebih bisa berimajinasi dan terlibat dalam cerita.
7. Narasi & Dramatisasi
Narasi adalah sebuah teknik untuk mendeskripsikan suasana cerita, perwatakan tokoh,
menyingkat alur cerita, dsb. Narasi akan dapat menghidupan suasana jika dibawakan
dengan intonasi (tinggi rendah) dan lagu bahasa yang baik.
Misalnya :
“Ketika malam mulai larut … Sang Kancil berjalan pelan-pelan memasuki kebun Pak Tani
untuk kembali mencuri timun - Sang Kancil berhenti sejenak menengok ke kanan ke kiri,
setalah yakin aman, Sang Kancil mantap melangkahkan kakinya”. (Sambil menirukan gerakan sang kancil - berjalan pelan berjingkat-jingkat, Bunda/Yanda perlu melagukan kalimat narasi di dengan intonasi dan lagu bahasa yang mampu untuk membangun suasana menegangkan dan sikap waspada Sang Kancil)
Dramatisasi adalah sebuah teknik mengembangkan dialog para tokoh dalam dongeng dengan suara yang berbeda-beda sesuai dengan karakter. Dramatisasi dialog akan menghidupkan dongeng jika mampu dibawakan secara tepat, seperti contoh-contoh di atas.
Tahap akhir cerita/dongeng
Bunda/Yanda memberikan kesempatan tanya jawab kepada para siaga untuk mendalami kandungan dongeng yang baru saja dibawakan.
Bunda/Yanda memberikan kesempata para siaga untuk memberi tanggapan, yang paling mudah adalah tanggapan terhadap perilaku tokoh-tokoh dalam cerita.
Bunda/Yanda menyampaikan kesimpulan tentang kandungan nilai-nilai yang termuat dalam dongeng tadi yang layak diteladani bersama.
** Dongeng sebagai Media Latihan Pramuka Siaga
Sumber :
Diolah dari berbagai sumber : buku, jurnal ilmiah dan media online